Am I a Woman?
written by muslim-women-sexuality
at Sunday, August 5, 2012
Am I a woman adalah judul tayangan Just Alvin tgl 5 Agustus 2012 di MetroTV. Ada empat bintang tamu yang diundang oleh Just Alvin sebagai tokoh yang memiliki penampilan gender yang berbeda antara profesi dan kehidupan sesungguhnya. Mereka adalah Didik Nini Thowok (Didik Hadi Prayitno), Tessi (Kabul), Hadson (finalis Indonesia Mencari Bakat 2010), dan Cek Ipit (Ferry Maryadi). Mereka semua laki-laki dan mempunyai kehidupan sebagai laki-laki. Kecuali Hudson, ketiganya memiliki keluarga. Bagaimana mereka memainkan ke dua gender tersebut?
Didik sangat identik dengan sosok pelaku seni yang sudah tidak asing lagi ketenarannya, sebagai penari perempuan yang serba bisa menarikan berbagai jenis tari trandisional, dan bisa menari dengan dua muka. Tessi, sangat terkenal ketika bergabung dengan sebuah group lawak bernama Srimulat. Hadson, tergolong pendatang baru, dengan trend dua badan, laki-laki dan perempuan. dan yang terakhir adalah Cek Ipit atau yang biasa dikenal dengan Ferry Maryadi, bintang sinetron dan juga presenter. Ferry agak beda dengan ke tiga rekannya, karena dia tetap berdandang seperti laki-laki, tanpa menambahkan asesoris apapun pada tubuhnya, namun ber-make up penuh sebagai layaknya perempuan.
Didik sangat identik dengan sosok pelaku seni yang sudah tidak asing lagi ketenarannya, sebagai penari perempuan yang serba bisa menarikan berbagai jenis tari trandisional, dan bisa menari dengan dua muka. Tessi, sangat terkenal ketika bergabung dengan sebuah group lawak bernama Srimulat. Hadson, tergolong pendatang baru, dengan trend dua badan, laki-laki dan perempuan. dan yang terakhir adalah Cek Ipit atau yang biasa dikenal dengan Ferry Maryadi, bintang sinetron dan juga presenter. Ferry agak beda dengan ke tiga rekannya, karena dia tetap berdandang seperti laki-laki, tanpa menambahkan asesoris apapun pada tubuhnya, namun ber-make up penuh sebagai layaknya perempuan.
Saya melihat ke empat penampilan dari bintang tamu Just Alvin merepresentasikan sosok perempuan. Perempuan yang dikontruksi oleh masyarakat dibayangkan oleh ke empat figur tersebut sebagai sosok yang tidak tunggal. Didik Nini Thowok misalnya menggambarkan perempuan Jawa yang lengkap dengan simbol adat Jawa yaitu jarit, kebaya dan konde. Bukan hanya itu, penampilan Didik sebagai penari juga sangat menyimbulkan tipikel perempuan jawa yang semampai, seksi dengan kebaya yang ketat dan Jarit yang ketat, sehingga sangat terlihat keindahan tubuh figur perempuan yang memang didambakan oleh banyak orang. Saya rasa penampilan Didik Nini Thowok representasi penampilan perempuan pada umumnya seperti yang dikontruksi oleh media dan pasar.
Tessi membawa penampilan perempuan yang mengikuti tradisi dengan memakai kebaya dan jarit (kain yang dililitkan), tapi di sisi lain juga menunjukkan ekspresi maskulin dengan simbol sepatu kets dan tas rangsel. meskipun gerak tubuhnya dibuat gemulai di panggung, tapi Tessi tidak merubah volume suara laki-laki yang berat. Ciri khas yang paling melekat pada TEssi adalah cicin akik yang banyak menghiasi kedua jari-jari tangannya. Jika dilihat dari jenis cincin yang dipakai oleh Tessi, tentu saja ini diluar kebiasaan perempuan karena biasanya perempuan menggunakan cincin yang feminen dan gemerlap batu mulia. Tapi cincin Akik, lebih identik dengan mistik dan maskulin. Padu padan antara kostum perempuan Jawa, Rangsel, Sepatu Kets dan cincin akik, bagi saya sebuah ekspresi femininitas dan maskulitas dalam diri perempuan. Kita sering tidak melihat maskulinitas di dalam tubuh perempuan, karena yang terekpresikan selalu yang femininitas, sehingga tidak jarang penampilan ala Tessi juga sulit unutk diterima dalam keadaan tertentu. Atau mungkin dianggap tidak feminim.
Jika Tessi memunculkan sisi maskulinitas dan femininitas dalam diri perempuan melalui simbol-simbol asesoris yang dipakai olehnya. Hudson, salah satu finalis IMB 2010, mengeksplisitkan dalam penampilan dua muka. Penampilan dua muka ini memang tergolong unik, dan kayanya baru pertama di Indonesia. Hudson memiliki wajah yang cantik sebelah kanan dan ganteng di sebelah kiri. Kontras maskulin dan feminin juga terlihat pada kostum yang dikenakan termasuk sepatu, dan suara. Dengan suara yang merdu dan mendayu pada saat menjadi Jessika, dan tegas dan berat sebagai Hudson, sering mendapatkan decak kagum penonton. Dari penampilan Hudson, saya melihat ekspresi menjadi perempuan itu perpaduan antara maskulinitas dan femininitas, termasuk perpaduan cantik dan ganteng. Ini bukanlah dunia imaginasi. Hudson, saya rasa berani memvisualisasikan keinginan perempuan yang tersembunyi menjadi pribadi yang dua. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari perempuan sering dipaksa melakukan peran sebagai perempuan dan laki-laki dalam satu waktu kehidupan. Saya jadi teringat salah satu informan penelitian saya, seorang gadis cantik menyukai seorang gadis yang berpenampilan maskulin. Dia bilang bahwa dia menyukai pasanganya karena dia bisa mendapatkan dua figur perempuan dan laki-laki sekaligus dalam badan perempuan. ketika si gadis lembut ingin seorang sosok yang lembut, dia bisa mendaptkan dari sang kekasih, begitu pula ketika dia menginginkan seorang laki-laki yang tegas dan ganteng, dia juga bisa dapatkan di sosok kekasihnya.
Ferry, atau yang dikenal Cek Ipit, membawa penampilan yang diluar pakem seorang perempuan. Dengan penampilan seorang laki-laki tulen, Ferry hanya perlu menyulap wajah dan rambutnya untuk mendekati kategori perempuan. Dia memakai make up dan rambut yang dibentuk agak feminim untuk mendapatkan kesan feminim dan terlihat perempuan. Dengan sentuhan gesture dan manner sebagai perempuan, penampilan yang metropolis ini sebagai tawaran lain being a woman. Dalam ilustrasi Ferry, perempuan tidak harus berpayu dara besar dan badan langsing. Perempuan dalam gambaran Ferry cukup diindikasikan dengan make up dan dandanan rambut yang mendukung.
Bagi saya, ke empat penampilan bintang tamu Just Alvin ini adalah representasi menjadi perempuan di masyarakat kita. Identitas perempuan bukanlah identitas tunggal. Identitas perempuan sangat cair dan berganti-ganti sesuai dengan bagaimana cara seseorang merepresentasikannya. Jadi, apa itu perempuan? Saya rasa jawabannya tidak seragam. Menjadi perempuan bisa berubah dari waktu ke waktu. Menjadi perempuan sangat tergantung dengan kondisi ekonomi, sosial, dan politik seseorang. dan terakhir, Menjadi Perempuan sangat dipengaruhi bagaimana fantasi seseorang akan figur perempuan. Dan ke empat ekspresi perempuan yang diwakili oleh ke empat tamu Just Alvin, saya rasa bagian dari multi identitas perempuan yang kita temui di Indonesia. Mereka termasuk orang-orang sukses memainkan dua gender sekaligus dalam kehidupan mereka. Di panggung perempuan, di rumah seorang laki-laki.***









[get this widget]