Sexuality of Muslim Women

This blog is dedicated for muslim women, who want to explore their knowledge and experiences on sexuality in the perspective of religions and social sciences

Mengapa RUU KKG Penting? (1) (why do the Bill of Gender Equality and Justice is important?)  

Empat bulan terakhir, perbincangan tentang Rancangan Undang-Undangan Kesetaraan Keadilan Gender (selanjutnya saya menyingkat dengan RUU KKG) menghiasi media online. Perang antara kelompok pendukung dan kelompok yang menolak RUU ini semakin mempertegas garis batas perspektif umat Muslim di Indonesia. Tentu saja saya tidak tertarik mengulang kontroversial diseputar isu KKG dalam blog saya. Penolakan muncul karena memang tidak memahami substansi dari RUU KKG itu sendiri, sehingga menolak. Olehkarenanya penting untuk memberikan pencerahan pada banyak orang tentang apa itu RUU KKG dan mengapa ini penting untuk bangsa Indonesia.

Karena Isu RUU KKG cukup panjang, maka saya berniat membahas di blog ini satu persatu, agar pembaca blog saya paham tentang apa itu RUU KKG, dan dari sana bisa memikirkan untuk diseminasinya ke kawan-kawan lain yang masih "kekeh" menolak pakai "argumentasi pokoke dari Barat".
Sebagai pondasi dari sebuah konsep,yang paling mendasar adalah memahami tentang gender. Mengapa penting? karena seringkali istilah gender yang memang dalam bahasa Inggris, sering dilebeli "dari Barat" yang itu diasumsikan buruk. Kita harusnya tidak menggabungkan antara pemahaman sebuah istilah dengan nilai budaya yang ada di sebuah masyaraakt tertentu. Karena itu  dua hal yang berbeda dan tidak ada hubungannya.

Dalam RUU KKG definisi gender sebagai berikut :
Gender adalah nilai-nilai sosial budaya yang dianut oleh masyarakat setempat yang dapat berubah dari waktu ke waktu tentang tugas, peran, tanggung jawab, sikap dan sifat yang dianggap pantas bagi perempuan dan laki-laki.

 Definisi diatas mencoba menjelaskan bahwa: Pertama, laki-laki dan perempuan adalah manusia yang memiliki  sifat feminin dan maskulin. Meskipun pada dasarnya kedua sifat ini ada dalam diri manusia, namun perkembangannya tidak sama. Pada laki-laki sifat-sifat maskulin sangat berkembang. dan begitu pula sifat feminin begitu berkembang dalam diri perempuan. Apakah ini salah? agak sulit untuk menjawab persaolan ini. Tapi, saya ingin ilustrasikan begini. Pada sifat maskulin seperti aktif, progresif, dominan, kompetisi, jika para pembaca sadar bahwa ini akan sangat mudah dimobilisasi ke arah kekerasan. Namun, jika sifat-sifat maskulin ini diimbangi dengan dengan sifat mencintai, menyayangi, lembut, welas asih, maka ada perimbangan dalam diri seseorang. Artinya bahwa sifat tersebut tidak ekstrim, namun ada pertimbangan kemanusiaan yang jalan. Pada awalnya kita sering melihat anak perempuan takut. jika dibiarkan sampai besar, dia akan jadi perempuan yang tidak berani mengutarakan ide dan gagasan-gagasannya, keinginannya, dan juga perasaannya. Kemudian tidak menjadi orang yang merdeka. Sifat maskulin dan feminin ada secara alamiah pada diri kita, tetapi mana sudah selayaknya sifat ini berkembang secara imbang.

Kedua, dalam definisi gender ada pemahaman tentang peran dan tanggungjawab. Yang dimaksudkan adalah potensi fisik dan non fisik perempuan dan laki-laki tidak sama, dan karena pengaruh dari sifat-sifat yang secara hormonal mempengaruhi keduanya. Konsekuensi yang dibebankan oleh masyarakat adalah bahwa perempuan karena memiliki sifat penyayang, lembut dan melindungi, maka lebih cocok untuk kerja-kerja yang membuthkan skill ini. Dalam konteks pasangan, maka perempuan yang dipasrahi peran-peran domestik seperti membersihkan rumah karena dibandingkan dengan laki-laki, perempuan jauh lebih rapi dan bersih, memasak karena lebih cepat dan enak, mengasuh anak karena dianggap lebih tlaten dan berbagai peran lainnya. Sebaliknya laki-laki diberikan tanggungjawab sebagai pencari nafkah dan bergerak di luar karena memang memiliki sifat-sifat maskulin yanglebih berkembang karena asumsi di luar sangat berbahaya.

Lalu apa yang salah? Jika pembagian sifat, peran dan tangungjawab ini bersifat kaku dan menimbulkan ketidakadilan, maka ini perlu direvisi. ARtinya bahwa tidak semua perempuan dan laki-laki fix dengan sifat ini. Tetapi, bahwa perbedaan ruang dan waktu, akan mengubah peran-peran sosial, budaya dan politik perempuan dan laki-laki. Karena pada dasarnya perempuan dan laki-laki berbeda, namun bukan berarti harus dibedakan berdasarkan ada sifat, peran dan tanggungjawabnya sebagai perempuan dan laki-laki. Artinya, jika di masyarakat kita melihat  laki-laki sebagai pencari nafkah, maka perempuan bekerja juga tidak ada masalah, karena dalam konteks dimana harga-harga mahal, jelas tidak mungkin hanya mengandalkan dari suami. Juga, bekerja itu bukan hanya bertujuan pada mencari uang semata. Dalam proses bekerja, ada komunikasi dan interaksi dengan orang lain, dan ada proses penambahan pengetahuan. Nah, kalau sudah begini, saya rasa baik laki-laki dan perempua punya hal yang sama atas itu.

Mengapa Gender dianggap produk Barat? Pertama karena memng istilahnya sendiri import. Tapi kalau itu yang dipersoalkan, ya silahkan saja diganti dalam bahasaIndonesia. kedua, pada dasarnyamanusia itu sama. yg justru saya heran, mengapa kita marah ketika hak-hak dan kedudukan perempuan disamakan dengan pria. Bukankah, hanya ketaqwaan yang membedakan diantara kita?
Lagipula, sekarang ini sudah tidak ada lagi masyarakat yang strik menempatkan perempuan dan laki-laki dalam kotak yang berbeda. Karena juga tidak relevan kita ngotot menentang gender. Karena pada realitasnya perubahan itu sudah terjadi dengan sendirinya. Karena ini bagian dari hukum alam, jika terjadi ketidakseimbangan, maka dengan otomatis baik perempuan dan laki-laki akan melakukan pergeseran sehingga menimbulkan seimbang.
Jadi, apa masih salah kalau perempuan ingin mendapatkan hak yang sama akan pendidikan?
apa ya salah kalau perempuan berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak?
Apa yang salah kalau perempuan ingin bekerja dan berjuangan untuk keluarga?
Perjuangan keadilan gender itu, untuk mengangkat harkat dan martabat perempuan sebagai manusia dan laki-laki sebagai manusia juga. (berlanjut)
Sumber Foto: Khilafah


[get this widget]

AddThis Social Bookmark Button

0 comments

Post a Comment