Sexuality of Muslim Women

This blog is dedicated for muslim women, who want to explore their knowledge and experiences on sexuality in the perspective of religions and social sciences

Saya Muslim dan Saya Gay  

Sebut saja Jack (kira-kira 35-40th), salah satu peserta konferensi HIV/AIDS dan Islam sedunia di Johanesburg, Afrika Selatan, 4  tahun silam, membuat keheningan forum beberapa detik dengan pertanyaannya sebagai berikut: 


" Saya muslim dan saya gay. Semua ulama yang pernah saya temui menyalahkan saya dan tidak menerima saya. apakah saya harus pindah agama agar bisa diterima oleh masyarakatnya?" 

Sontak saja semua orang terdiam bisu. 10 ulama perwakilan dari organisasi Islam ternama, tidak bergeming sedikitpun. Seketika itu suasana forum sangat hening karena tidak satupun orang menyangka pertanyaan polos itu keluar dari mulut seorang muslim yang mempunyai orientasi seksual berbeda dari kebanyakan. 

Yah..gay, lesbian, biseksual dan sebagainya adalah kelompok minoritas yang keberadaannya di manapun tidak menemukan ruang untuk beraktualisasi sebagai manusia. Masyarakat cenderung memberikan penilaian bahwa homoseksuality adalah dosa, dikutuk oleh Tuhan seperti kaum nabi Luth. Mereka sering dianggap perusak moral dan terhina. 

Dalam tulisan ini, saya ingin sekali mengajak pembaca untuk berefleksi menjadi muslim. Ada tiga jenis relasi yang di dalam ajaran Islam, setiap muslim harus optimal, yaitu: Relasi kita dengan Allah, Relasi kita dengan manusia lainnya dan Relasi kita dengan alam. Relasi manusia dengan Tuhan bukan hanya sekedar menunaikan rukun iman. Tetapi juga mampu menjaga relasi dengan manusia dan alam. Salah satu manifestasi menjaga relasi dengan manusia dan alam diwujudkan sebagian nilainya ke dalam deklarasi HAM, kemudian diturunkan ke dalam convenan-covenan internasional dan nasional yang pada intinya menyerukan pada kita semua untuk menghormati hak-hak dasar manusia. Termasuk menghormati tentang hak memilih orientasi seksual apa yang sesuai dengan seseorang. 

Kisah Jack di dalam kutipan saya di atas, mengajak kita untuk berpikir sejenak tentang apa itu taqwa? apakah orang homoseksual tidak bisa menjadi orang bertaqwa? tentu saja bisa. Ketaqwaan adalah status keimanan seseorang yang mewujud dalam prilaku manusia dalam berelasi dengan manusia lainnya dan alam dengan menggunakan prinsip-prinsip dalam ajaran islam. Memang sulit untuk membatasi relasi antar manusia dan alam. Tapi coba renungkan kata-kata "pelanggaran hak-hak dasar". Ini dimaksudkan bahwa setiap hak setiap manusia untuk hidup di muka bumi ini tanpa secara semena-mena dilanggar haknya. Dengan demikian, tidak ada alasan untuk mengusir atau membinasakan kelompok homoseksual di bumi ini karena mereka adalah MANUSIA yang PUNYA HAK HIDUP. 

Lantas bagaimana kita menerima mereka. Pertama, saya rasa Islam sangat menghormati hak hidup. Maka sudah selayaknya hidup mereka dijamin tidak akan diganggu oleh orang lain. Mereka manusia maka harus diperlakukan sebagai manusia seutuhnya dimana hak hidup, hak akan pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan, tempat tinggal dan sebagainya harus melekat pada dirinya sebagai manusia. Kedua, jika kita masih berpikir mereka salah, maka kita harus membuat batasan kesepakatan yang diterima oleh semua orang. apa itu? kita harus mencari bagian dari homoseksual yang paling tidak diterima? Mungkin masyarakat berpikir sebagai berikut: prilaku seksual di depan umum, ganti-ganti pasangan, hubungan lewat dubur, suka memaksa dan sebagainya. Kalau begitu adanya maka batasan-batasan untuk tidak melakukan hubungan seksual di publik, ganti-ganti pasangan, suka memaksa, hubungan lewat dubur...JUGA harus diberlakukan pada pasangan heteroseksual. Karena pada dasarnya hubungan seksual di publik jelas tidak mengenakkan orang banyak. Dan ini bukan saja kaum homoseksual, tapi kelompok mayoritas juga. Hubungan seksual lewat dubur bahkan tidak dianjurkan oleh Islam dan ahli medis  karena dubur tempatnya bakteri dan beresiko sekali pada penyakit menular seksual. Ganti-ganti pasangan saya rasa Islam mengajarkan untuk monogami. 

Jika mereka salah orientasi seksualnya, kita sebagai manusia tidak boleh menghakimi mereka. Biarkan Tuhan yang akan menentukan benar dan salah. Kita sebagai manusia, cukup melakukan peran sebagai manusia yaitu MENJAGA RELASI DENGAN MANUSIA LAINNYA DAN DENGAN ALAM. Kalau semua perbedaan di dalam umat islam harus disikapi dengan PINDAH AGAMA, maka mungkin agama ini akan ditinggalkan umatnya. karena terlalu banyak yang tidak sesuai. Bagaimana Islam menjadi Rahmatan Lil'alamin bagai semua orientasi seksual? ***


[get this widget]

AddThis Social Bookmark Button

0 comments

Post a Comment