Sexuality of Muslim Women

This blog is dedicated for muslim women, who want to explore their knowledge and experiences on sexuality in the perspective of religions and social sciences

Bicara Seks Pada Anak, Mungkinkah?  

" Ma, menstruasi itu apa sih?"
" Adik bayi itu keluarnya dari mana ya Ma?"
" Kenapa burung aku kalau pagi berdiri?"
" Kenapa payu dara Mama besar dan Aku tidak ? "
"Pacaran itu boleh tidak?

Pertanyaan-pertanyaan seperti ini tentu saja sering anda dapatkan saat anak anda mencapai usia balita sampai remaja. Orang tua biasanya banyak yang tidak siap mendapatkan pertanyaan-pertanyaan seperti ini. Alih-alih menjawab pertanyaan si kecil demi memuaskan rasa penasaran si kecil, tetapi yang terjadi orang tua sering memberikan jawaban sekenanya atau tidak dijawab sama sekali. Dalam rangka untuk membekali pengetahuan orang tua tentang bagaimana mengajarkan seksualitas pada anak usia balita sampai remaja inilah, hari ini, tanggal 27 Juli 2013, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, menyelenggarakan Seminar setengah hari dengan tema "Bicara Seks pada Anak itu Mudah". Acara ini terselenggara sebagai upaya menjawab banyaknya orang tua yang tidak mampu menjawab rasa keingintahuan si kecil tentang perkembangan tubuhnya.
Dibantu dengan tiga nara sumber handal yaitu Maria Ulfa Anshor (Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia), Lucy Hermi (Penggagas program Aku dan Kamu PKBI) dan seorang praktisi pendidikan anak usia dini Ira Intasari, seminar menjadi menarik, hidup dan mudah diikuti oleh semua peserta karena isu yang dibahas sangat dekat dengan keseharian para peserta dan juga bahasa yang dipakai dalam seminar juga sangat mudah. 
Karena saya sangat terkesan, maka saya ingin sekali membagikan pengetahuan dan skill yang saya dapatkan dalam seminar tersebut. Mengapa pendidikan seks itu penting? Mengapa orang tua harus menjadi sumber pengetahuan? Mengapa Orang tua enggan bicara seks? Prinsip-Prinsip apa saja yang harus diperhatikan dalam pendidikan seks? dan yang terakhir Tips menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar seksualitas untuk anak-anak.
Mengapa Pendidikan seks penting? Dilihat dari faktor internal, dalam masa pertumbuhan manusia, ada fase-fase dimana anak melakukan eksplorasi terhadap tubuh mereka, sehingga anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi untuk mengetahui apa yang terjadi dengan setiap bagian tubuhnya. Dalam konteks eksplorasi, orang tua sering panik jika anak sering memegang alat kelaminnya. Mereka sering memberikan penilaian yang berlebihan yaitu anak sedang masturbasi. Penilaian ini muncul karena orang tua menggunakan pengalaman orang dewasa untuk melihat fenomena anak-anak. Padahal, anak memegang kelamin itu bagian dari fase eksplorasi mengenali tubuh mereka.  
Anak belum mampu berpikir sebab akibat,sehingga sulit bagi semua anak untuk berkata "tidak" atau "menolak" hal-hal yang bisa membahayakan keselamatan anak. Makanya anak seringkali diposisikan dalam keadaan rentan. Kita sering mendengar ada banyak kasus penculikan anak, karena anak ditawari permen atau es krim, lalu dibawa pergi orang yang tidak dikenal. Dalam banyak hal, orang tua sering tidak sadar enggan mendengarkan anak, sehingga seringkali hal-hal yang tidak menyenangkan terjadi pada anak, anak enggan berbagi pada orang tua karena takut ditolak atau tidak dianggap ketika bercerita. Faktor eksternal, kita seringkali menemui kenyataan bahwa orang dewasa sering melarang anak berbicara. "Ma, apa itu penis?" tidak sedikit orang tua langsung bilang "hus...itu pamali" atau "itu tidak baik". Padahal anak hanya ingin tahu jawaban jujur dan sederhana sesuai dengan kemampuan berpikir usia mereka. 
Hal yang paling penting mengapa penting melakukan pendidikan seks pada anak adalah bahwa lingkungan dan media disekitar kita tidak memilah informasi tentang seksualitas, sehingga banyak tontonan di media yang tidak relevan ditonton oleh anak. " Ma...mama hamil karena diperkosa ya?"..Anak bisa saja memahami tentang hamil itu akibat perkosaan karena dia mendapatkan referensi dari Sinetron. Pendidikan seks sejak dini juga membantu mengurangi jumlah kasus kekerasan seksual pada anak meningkat tajam. Komnas Anak merilis data bahwa pada pertengahan tahun 2013 jumlah kekerasan seksual pada anak meningkat dari 30an kasus menjadi 535 kasus dari total kekerasan sejumlah 1.032 kasus. Dan tempat kejadian kekerasan pada anak yang paling tinggi adalah di lingkungan sekitar anak sejumlah 285 kasus, di lingkungan keluarga sejumlah 193 kasus, dan lingkunga sekolah sejumlah 121 kasus. Bahkan tidak sedikit pelaku kekerasan pada anak itu adalah orang-orang tercinta di sekitarnya yaitu ibu, bapak, paman, saudara laki-laki, kakek dan sebagainya. 
Mengapa orang tua enggan bicara tentang seks pada anak? Yang paling banyak terjadi adalah pendidikan seks sering disalahartikan sebagai mengajarkan hubungan seks pada anak. Sehingga bukan sikap terbuka yang kita temui, banyak orang tua sudah berprasangka buruk pada upaya pendidikan seks karena dianggap menjerumuskan anak. Banyak orang tua yang beranggapan seks itu hal yang alamiah sehingga tanpa dipelajari, maka anak akan mengerti dengan sendirian seiring dengan pertumbuhan anak. Yang paling banyak adalah orang tua tidak tahu harus menjawab apa karena pengetahuan yang minim tentang seksualitas. Padahal kenyataannya anak justru mencari jawaban dari rasa penasarannya tentang seks dari sumber-sumber yang menjerumuskan. Bicara seks masih dianggap tabu karena ini dianggap wilayah privasi, sensitif dan tidak pantas diungkap di publik. Olehkarenanya pendidikan seks sangat baik dilakukan oleh orang tua sendiri karena orang tua lebih tahu karakter anak sendiri dan memiliki waktu yang cukup untuk secara terus menerus memberikan pemahaman pada anak tentang identitas ketubuhan, fungsi reproduksi dan isu-isu seputar seksualitas. 
Prinsip-prinsip apa saja yang perlu diperhatikan dalam pendidikan seks untuk anak? Yang pertama adalah bahwa setiap anak itu unik sehingga memberikan pendidikan seks pada setiap anak tentunya akan menggunakan pendekatan yang berbeda. Karena setiap anak unik, maka tidak tepat kalau orang tua membanding-bandingkan tingkat kekritisan diantara anak-anaknya. Meskipun tentu saja budaya membandingkan ini sering kita temui di banyak masyarakat. Kedua, orang tua harus menanamkan bahwa setiap anggota tubuh kita adalah ISTIMEWA. Artinya anak harus dipahamkan bahwa setiap bagian tubuhnya memiliki fungsi istimewa sehingga anak harus menjaganya dengan baik dan merawat bagian tubuh dengan baik. Oleh karena setiap bagian tubuh istimewa maka alat kelamin vagina dan penis juga istimewa. Olehkarenanya menyamarkan nama sebenarnya penis dan vagina memiliki kecenderungan menurunkan keistimewaan bagian tubuh alat kelamin. Hampir semua sebutan untuk alat kelamin perempuan dan laki-laki dalam bahasa lokal atau yang biasa dipakai selalu mengandung konotasi negatif dan sangat mudah dijadikan bahan ejekan. Olehkarena dianjurkan menggunakan istilah penis dan vagina saja, karena langsung mengarah pada satu definisi.
Prinsip ketiga adalah menghargai perbedaan. Sejak dini anak harus disadarkan bahwa anak dibesarkan dalam lingkungan yang tingkat perbedaan sangat tinggi. Kenyataan biologis pada tubuh perempuan dan laki-laki yang berbeda. Misalnya laki-laki tidak memiliki payu dara yang besar sementara perempuan memiliki. Atau perempuan tidak memiliki penis sehingga sering dianggap cemburu. Intinya bahwa orang tua harus memberikan sense positif pada perbedaan ciptaan organ reproduksi perempuan dan laki-laki. Selanjutnya, dalam memberikan pendidikan seks, orang tua harus selalu mengingat bahwa setiap kesempatan adalah kunci. Artinya bahwa memberikan pengetahuan anak tentang seks tidak mengenal waktu-waktu tertentu karena munculnya pertanyaan dari anak juga tidak bisa diduga. Yang paling baik adalah orang tua harus selalu siap untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari anak. Dan mendidik anak tentang seksualitas tentu saja tidak bisa dilakukan sekali jadi. Ini adalah proses yang berulang-ulang. sehingga pertanyaan yang sama tentang menstruasi bisa saja ditanyakan ulang anak ketika dia menginjak usia remaja, meskipun pada usia balita mereka pernah menanyakan. 
Tips buat orang tua pada saat mendapatkan pertanyaan tentang seks dari anak
1. Jangan panik. Itu hal pertama yang harus dilakukan orang tua ketika menerima pertanyan-pertanyaan yang tidak terduga dari anak atau mengetahui si anak sering memegang alat kelaminnya. Kepanikan orang tua memberikan trauma pada anak dan anak enggan untuk bertanya, yang akhirnya mengembangkan pemahaman yang salah yang dia dapatkan dari lingkungan sekitar.
2. Jangan menghindari pertanyaan anak. Banyak orang tua yang tidak cukup pengetahuan kemudian mengalihkan pertanyaan anak atau bahkan cenderung membungkam anak dengan dalih tidak cukup umur. 
3. Jangan mempermalukan anak. Kebiasaan mempermaikan alat kelamin harus diatasi dengan bijak. Anak bisa diajak diskusi mengapa dia memegang alat kelaminnya dan orang tua bisa memberikan alasan yang masuk akal kalau alat kelamin sering dipegang maka bisa mengakibatkan luka dan kalau kencing akan perih. atau anak bisa dialihkan kegiatan tertentu yang membuat dia tidak fokus pada alat kelaminnya. 
4. Jangan menjawab dengan terbata-bata. Jawaban harus jujur, jangan sembarangan, dan fokus pada yang ditanyakan saja. Orang tua yang tidak cukup pengetahuan atau panik sering memberikan jawaban yang bertele-tele pada anak. Padahal anak hanya meminta jawaban langsung atas pertanyaannya. Misalnya anak bertanya "ma adik bayi keluar dari mana?" Ibu menjawab, " Dulu ibu dan ayah waktu muda saling suka dan kemudian menikah. Lalu hamil dan bla bal... Jawaban seperti ini bertele-tele dan membingungkan anak. Padahal anak hanya ingin jawaban singkat seperti "Adik bayi tumbuh dalam rahim ibu dan keluar dari lubang vagina ibu.  
5. Untuk menghindarkan diri dari kekerasan seksual, maka ajarkan pada anak untuk menceritakan pengalaman  yang tidak menyenangkan pada orang tua yang dia percaya, bisa bapak, ibu atau nenek dsb.Dan ajarkan untuk berbagi hal positif atau cukup menyimpannya saja. Ajarkan pada anak bahwa daerah-daerah seperti payu dara, alat kelamin dan pantat tidak boleh disentuh sembarangan. Jika ada orang yang menyentuh dan membuat anak tidak nyaman, maka ajarkan anak untuk berkatan tidak atau berteriak sekeras mungkin. Jika perlu lari ke tempat yang ramai dan terang mencari tempat yang lebih aman. 
Berikut beberapa pertanyaan yang sering kita dapatkan pada anak-anak dalam masa eksplorasi tubuh dan tips menjawabnya: 
Kenapa hanya perempuan yang bisa hamil? Karena hanya perempuan yang memiliki rahim. Rahim adalah tempat adik bayi tumbuh dan berkembang dari kecil sehigga besar dan cukup waktunya untuk dilahirkan 
 Bagaimana munculnya adik bayi dalam perut atau rahim ibu? Adik bayi bisa tumbuh dalam rahim ibu jika sebuah sel telur (yang sangat kecil) milik inu dan sebuah sel sperma (sebuah biji yang sangat kecil) milik ayah saling bertemu. Sel telur tersimpan di rahim ibu. Sperma tersimpan di buah zakar ayah. Bila sel telur dan sperma slaing bertemu maka tumbuhlah bayi dalam rahim.
Darimana keluar pipis perempuan? Pipis perempuan keluar dari salah satu lubang di alat kelaminnya. Alat kelamin perempuan disebut vagina. Vagina tersebut terletak diantara kedua paha 
Mengapa cara buang air kecil pada anak perempuan dan laki-laki berbeda? Perempuan jongkok sedangkan laki-laki berdiri? Cara buang air kecil anak perempuan memang beda dengan laki-laki karena anak perempuan buang air kecil melalui lubang vagina, jika buang air kecil harus jongkok atau duduk agar air seninya tidak mengalir kemana-mana dan membasahi kaki dan bajunya. Sedangkan anak laki-laki buang air kecil melalui penis yang akan mudah diatur mengalirnya air seni bial mereka kencing berdiri.
Kesimpulan yang bisa saya sampaikan, bahwa pendidikan seks itu mungkin diberikan pada anak-anak sejak dini, karena pendidikan seks menyangkut tentang pengenalan tubuh anak, identitas anak, dan fungsi alat reproduksi anak. Orang tua sebagai media yang paling efektif melakukan pendidikan seks. Menggunakan bantuan buku, foto, atau film akan mempermudah anak untuk belajar lebih cepat tentang seksualitas. Jika anak mengetahui sejak dini tubuh dan fungsi setiap bagian tubuh, maka anak akan belajar menjaganya dan bertanggungjawab untuk menjaga tubuh orang lain. *** 


[get this widget]

AddThis Social Bookmark Button

0 comments

Post a Comment